Aku lahir di nusantara pada 21 tahun yang lalu. Tumbuh dan besar di Indonesia merupakan sesuatu yang membinggungkan. Terkadang terasa anugrah, namun terkadang juga terasa musibah. Terasa anugrah ketika negeri ini menampilkan sisi positifnya, seperti garuda muda yang menggilas Korea Selatan dalam laga kualifikasi Piala AFC U-19 2014 di Gelora Bung Karno kemarin. Namun terasa seperti musibah ketika para reporter dan presenter menyajikan berita tentang para tikus (koruptor plus ahli suap) yang mencuri uang negara dengan seenaknya sendiri.
Negara ini pada dasarnya kaya, bahkan aku pernah melihat di youtube bahwa Indonesia merupakan negara terkaya di planet ini. berbagai bahan mentah mempunyai nilai yang sangat mahal, salah satunya tembang. Namun sayang pengelolanya kurang beramanah, sehingga negara ini menjadi negara yang kurang bermanfaat untuk warganya. Hanya segelintir orang saja yang dimanjakan dari kebijakan yang dibuat pengelola negara. Yang lain, entah masuk hitungan apa tidak. Yang pasti fakta membuktikan bahwa yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.
Setahuku dalam islam itu kekayaan didistribusikan, bukan disimpan, apalagi diberikan pada wanita-wanita yang cantik plus berpenampilan menarik saja (terinspirasi dari salah satu kasus korupsi di Indonesia). Agama islam juga mengajarkan kepada kita bahwa amanah merupakan sesuatu yang sangat penting. Namun bagaimana dengan kenyataan di negeri ini? Beginilah ketika agama hanya dijadikan sebagai agama ritual saja. Nilai-nilai positifnya hanya di ikat di masjid dan musholla. Jarang sekali nilai-nilai itu dibawa ke pengadilan, dan tempat-tempat sentral lainnya.
Aku selalu mendambahan negari ini dipegang oleh orang-orang yang beramanah dan ngerti agama. dari mulai satpam sampai pemimpin dipegang oleh orang-orang yang ngerti shalat. Sehingga peluang untuk korupsi berjamaah tidak ada. Yang ada hanyalah peluang untuk shalat berjamaah. Syukur kalau ditambah dengan sering bersedekah pada orang-orang yang masih bergelut dengan kemiskinan. Indonesiaku pasti bisa bangkit, aku percaya itu. Namun jujur, aku benci dengan oknum yang ngatur negeri ini!.
Penulis : Rudiasa (Mahasiswa FE UM)
0 comment:
Post a Comment