RSS
Facebook
Twitter

October 27, 2013




Setelah pertunjukan pembacaan puisi selesai, rosyid tampak gelisah memikirkan hubungannya dengan delia. Seorang gadis berparas cantik yang bukan seagama dengan dia. Tak lama setelahnya delia menemui rosyid dan terjadilah perbincangan yang cukup seru. perbincangan yang menyadarkan keduanya bahwa pernikahan beda agama itu ndak baik untuk dilakukan. Bukan hanya aspek cinta saja yang mereka pikirkan, tetapi juga aspek keluarga, tetangga, dan anak-anak mereka kelak.
“rosyid”, sapa delia
Rosyid pun beranjak dari tempat duduknya dan menemui delia yang berada ditengah-tengah panggung.
“Sid, malam ini kan kita sudah janji untuk mengambil keputusan. kamu sudah tahu jawabannya belum?, tanya delia dengan wajah penasaran
“Kamu?”, Balas rosyid
“Jujur sampai sekarang aku belum tahu sid”, ucap delia pelan
Suasana menjadi hening, kemudian rosyid berkata “kita memang tidak pernah punya jawaban yang pasti, karena setiap orang berbeda pendapat, dan juga keyakinan”.
“jadi?”, balas delia
“Jadi ya kita harus berani mengambil keputusan, meskipun kita tidak punya jawaban yang pasti. Atau kita akhiri. Dua-duanya memang tidak ada yang jelas buat kita”, ucap rosyid
“sebenarnya kita masih bisa sama-sama ya?, tapi pasti banyak yang terluka, buat apa kita bahagia tapi banyak yang nangis?, kamu ingat ndak kamu pernah berkata bahwa jodoh itu tuhan yang ngatur, kita tidak akan pernah tahu sebelum kita hidup dengan seseorang itu” balas delia dengan suara sesak
“kita lihat aja nanti”, jawab rosyid sambil tersenyum
Delia pun ikut tersenyum dan dia berucap,”aku setuju sid dengan kalimat itu, “kita lihat aja nanti””.
Sesaat setelahnya wajah delia tampak lesu dan mulai mengeluarkan air mata. Dia berucap “Tapi sid, kita bakal ketemu lagi kan?, mungkin nanti di surga”.
“kita lihat aja nanti”, jawab rasyid sambil tersenyum

# sepenggal rangkaian kata yang aku ambil dari film “3 hati 2 dunia 1 cinta”
Penulis : Rudiasa (Mahasiswa FE UM)

October 19, 2013

Dies Natalis UM ke-59





Kota Malang tengah berbahagia. Pasalnya kemarin salah satu kampus terbaiknya mengadakan acara dies natalis yang ke 59. Tepat pada Jum’at, 18 Oktober 2013 Universitas Negeri Malang (UM) memperingati hari jadinya yang ke 59. Euforia kebahagiaan menjalar di penjuru kampus yang dinahkodai oleh Bapak Prof Dr. H. Suparno itu. Sekian lama berkiprah pada dunia pendidikan di Kota Malang, UM sudah banyak mencetak sarjana-sarjana sukses, salah satuya Bapak Mario Teguh yang notabene merupakan motivator terkenal di Indonesia.

Acara sakral ini dipusatkan di Graha Cakrawala UM dan Lapaangan Upacara UM (depan gedung A2). hampir semua civitas akademika ikut meramaikan acara ini. mulai dari rektor, para dekan, guru besar, dosen, pegawai administrasi, dan mahasiswa. pihak luar pun diundang untuk ikut memeriahkan acara ini. Pihak luar yang dimaksud ialah pemerintah kota (PEMKOT) Malang dan perwakilan dari seluruh kampus yang ada di Malang Raya. Acara ini dipastikan semakin seru karena didatangi oleh kepala dinas propinsi jawa timur, yakni Bapak Dr. Harun, MSi, MM.

Serentetan acara sudah disiapkan oleh panitia untuk memeriahkan acara ini. Dimulai pada dua hari yang lalu (16/10), yakni acara donor darah di Graha Cakrawala UM yang dipelopori oleh PMI Kota Malang, kemudian dilanjutkan pada hari jum'at kemarin dengan acara Seremoni Dan Ramah Tamah di Graha Cakrawala UM, dan ditutup pada minggu besok (20/10) dengan acara Jalan Sehat, Bazar, Senam Aerobik, dan Panggung Hiburan yang dipusatkan di Lapangan Upacara UM. Acara penutupan ini merupakan acara puncak dari dies natalis UMyang ke 59, sehingga dipastikan akan menyedot peserta yang sangat banyak. Acara puncak ini akan semakin menarik karena ada beberapa door prize yang siap dibawa pulang oleh peserta. Door prize itu berupa sepeda motor, televisi, laptop, tablet PC, dll.

Menurut pengamatan penulis, sudah banyak perubahan progresif yang terjadi di Universitas Negeri Malang (UM), baik itu dalam bidang akademis, maupun pembangunan infrastruktur. Dalam bidang akademis terlihat dalam penambahan fakultas dan prodi dalam beberapa tahun terakhir. Sekarang sudah ada fakultas baru yang berdiri di UM, yakni Fakultas Pendidikan Psikologi. Proses pengerjaan Gedung Rektorat yang berada di depan Gedung Sasana Budaya UM dan perbaikan jalan di hampir seluruh fakultas merupakan bukti nyata dari pembangunan infrastruktur itu.

Namun demikian, masih banyak pula yang harus diperbaiki UM agar menjadi kampus idaman. Salah satunya peningkatan keperdulian dosen pada mahasiswanya, terutama ketika proses pengerjaan tugas akhir (skripsi). Peningkatan layanan internet juga harus diupayakan agar para mahasiswa merasa lebih nyaman untuk mencari ilmu di kampus ini.

Penulis : Rudiasa (Mahasiswa FE UM)

October 16, 2013

Pak Tua yang Taat Shalat Berjamaah



Siang itu sangat panas. Kota Malang seakan dibakar oleh kemarahan sang matahari. Sang angin pun tak sanggup menahan panasnya sang matahari ketika ia marah. Sedang asyik mengerjakan tugas akhir, ada suara sayup-sayup dari kejauhan. Aku sangat mengenal suara merdu itu. Suara itu ialah tanda bahwa Allah sangat sayang dengan hamba-hambaNya. Suara itu ialah suara adzan. Sang malaikat dan sang setan sempat perang argumen di hati kecilku, alhamdulillah adu debat itu dimenangkan oleh sang malaikat.

Aku pun bergegas menuju kamar mandi dan berwudhu. Sesaat setelahnya aku menuju masjid yang berada di dekat kostku. Masjid tiga lantai itu sering aku gunakan untuk bermanja-manja dengan Allah. Jamaah di masjid itu cukup banyak, salah satunya pak tua yang sering aku temui. entah siapa nama pak tua itu, yang pasti tempat tinggalnya di dekat masjid itu.

Pak tua itu kalau shalat agak lain dari biasanya. Kalau orang normal shalatnya sambil berdiri, tetapi beliau shalatnya sambil duduk. Dulu beliau shalatnya sambil berdiri. tetapi setelah terkena komplikasi penyakit dalam, beliau sudah tidak bisa shalat dalam keadaan berdiri lagi. Yang membuatku kagun dari pak tua itu ialah beliau masih mempunyai semangat luar biasa untuk shalat berjamaah. Bukan hanya shalat wajib yang beliau lakukan, shalat sunnah rawatib dan tahiyatul masjid pun sering beliau lakukan sebelum iqamah datang. Kondisinya yang seperti itu tidak membuatnya manja dan mengeluh dalam menyembah Allah. Bahkan dia berhasil membuatku iri tentang semangatnya dalam shalat. Aku yang masih sehat seperti ini terkadang malas untuk shalat berjamaah. Sedangkan beliau yang sudah tua dan mempunyai banyak penyakit masih mampu untuk mengerjakan shalat berjamaah.

Buat pembaca yang merasa lebih sehat dari pak tua itu alangkah baiknya kalau kita meniru semangat beliau. Masak kita kalah dengan orang tua? Orang tua yang punya

penyakit seperti itu saja bisa shalat berjamah. Masak kita yang masih muda tidak bisa melakukannya?, secara logika bisa, tetapi terkadang perang argumen yang dilakukan oleh setan dan malaikat di hati kita dimenangkan oleh setan, sehingga kita tidak jadi shalat berjamaah di masjid. Oya Allah itu sangat suka dengan majelis ilmu, dan shalat berjamaah ialah salah satu dari bentuk majlis ilmu itu. Hidup cuma sekali, kapan lagi kita bisa memanjakan Allah kalau tidak pada saat ini?. Manjakan Allah, insya allah Allah akan memanjakan kita.

NB : cerita ini ialah cerita nyata
Penulis : Rudiasa (Mahasiswa FE UM)

Aku lahir di nusantara pada 21 tahun yang lalu. Tumbuh dan besar di Indonesia merupakan sesuatu yang membinggungkan. Terkadang terasa anugrah, namun terkadang juga terasa musibah. Terasa anugrah ketika negeri ini menampilkan sisi positifnya, seperti garuda muda yang menggilas Korea Selatan dalam laga kualifikasi Piala AFC U-19 2014 di Gelora Bung Karno kemarin. Namun terasa seperti musibah ketika para reporter dan presenter menyajikan berita tentang para tikus (koruptor plus ahli suap) yang mencuri uang negara dengan seenaknya sendiri.

Negara ini pada dasarnya kaya, bahkan aku pernah melihat di youtube bahwa Indonesia merupakan negara terkaya di planet ini. berbagai bahan mentah mempunyai nilai yang sangat mahal, salah satunya tembang. Namun sayang pengelolanya kurang beramanah, sehingga negara ini menjadi negara yang kurang bermanfaat untuk warganya. Hanya segelintir orang saja yang dimanjakan dari kebijakan yang dibuat pengelola negara. Yang lain, entah masuk hitungan apa tidak. Yang pasti fakta membuktikan bahwa yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.

Setahuku dalam islam itu kekayaan didistribusikan, bukan disimpan, apalagi diberikan pada wanita-wanita yang cantik plus berpenampilan menarik saja (terinspirasi dari salah satu kasus korupsi di Indonesia). Agama islam juga mengajarkan kepada kita bahwa amanah merupakan sesuatu yang sangat penting. Namun bagaimana dengan kenyataan di negeri ini? Beginilah ketika agama hanya dijadikan sebagai agama ritual saja. Nilai-nilai positifnya hanya di ikat di masjid dan musholla. Jarang sekali nilai-nilai itu dibawa ke pengadilan, dan tempat-tempat sentral lainnya.

Aku selalu mendambahan negari ini dipegang oleh orang-orang yang beramanah dan ngerti agama. dari mulai satpam sampai pemimpin dipegang oleh orang-orang yang ngerti shalat. Sehingga peluang untuk korupsi berjamaah tidak ada. Yang ada hanyalah peluang untuk shalat berjamaah. Syukur kalau ditambah dengan sering bersedekah pada orang-orang yang masih bergelut dengan kemiskinan. Indonesiaku pasti bisa bangkit, aku percaya itu. Namun jujur, aku benci dengan oknum yang ngatur negeri ini!.

Penulis : Rudiasa (Mahasiswa FE UM)