RSS
Facebook
Twitter

December 17, 2012

Bidadariku yang Manja


“kanda bangun, sudah subuh, ayo sholat subuh berjamaah?” bidadariku membangunkanku dari tidur yang begitu nyenyak. Wajah ovalnya begitu cantik, matanya begitu indah, dan suaranya begitu merdu. Begitu indah untuk dipandang. Aku bersyukur diberi bidadari secantik ini oleh-Nya.

“Ya Allah semoga cintaku ini hanya untuk dia”, do’aku dalam hati

Aku lantas bangun dari tempat tidur dan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berwudhu. Kulihat bidadariku sedang mempersiapkan perlengkapan sholat di dekat meja belajar. Dinginnya air Pegunungan Panderman langsung membuat rasa kantukku sirna. Tak lama setelah itu kami mengobrol dengan Allah sambil ditemani dengan dinginnya udara pagi dan merdunya suara beberapa ayam.

Pagi ini aku ingin bermain Badminton bersama bidadariku. Sambil menikmati indahnya panorama pagi kawasan gunung Panderman.

“dinda pagi ini ada kajian kemuslimahan di Surau Ar Rahman atau tidak?” tanyaku pada bidadariku yang sedang membuatkanku secangkir teh hangat.

“tidak ada kanda, kebetulan pagi ini ukhti farah sedang ke Surabaya menjenguk adiknya yang sakit, jadi kajiannya diliburkan.” Jawab bidadariku sambil memberiku secangkir teh hangat.

“ada apa kanda, Pingin berdua-duaan terus ya dengan dinda??, sudah ngaku aja, tidak perlu malu.” Canda bidadariku sambil duduk didekatku (pagi ini begitu dingin)

Akupun tersenyum dan menjawab, “dinda ini tahu saja, sudah lama kanda tidak berpacaran dengan bidadari secantik dinda, beruntung kita sudah menikah, jadi kita bisa selalu bersama”

Bidadariku hanya tersenyum mendengarnya. “ya Allah lagi-lagi senyum bidadariku ini begitu indah” gimanku dalam hati

“dinda olehraga yuk pagi ini, main Badminton di lapangan dekat Posyandu sambil menikmati sejuknya udara pagi, gimana?” ajakku

“dinda tidak bisa bermain badminton kanda, gimana kalau kita jalan-jalan ke lereng gunung panderman saja, nanti pulangnya kita mampir ke warung soto ayamnya pak wardi, sudah lama dinda tidak makan soto. Mau kan kanda???” rengek bidadariku sambil memelukku

Kukecup keningnya dan kubilang, “dinda, kanda sayang sekali dengan dinda!”

“dinda juga sayang dengan kanda, sayang sekali!, dinda ingin cinta kanda hanya untuk dinda, mau kan???, jangan membaginya ke akhwat yang lain ya??” ucap bidadariku sambil mengeluarkan air mata

Ketika itu suasana begitu romantis, dinginnya udara pagi tidak mampu melunturkan kemesraan yang kami lakukan.

“dindaku sayang, insya allah cinta kanda hanya untuk dinda, mungkin di kampus sana banyak akhwat yang lebih baik dari dinda, tapi insya allah cinta ini hanya untuk dinda, kanda bersyukur diberi bidadari secantik dinda” jawabku sambil memeluknya lebih erat dan mengusap air matanya yang hampir jatuh

“dinda takut kanda, kan dalam islam diperbolehkan berpoligami, dinda takut kalau kanda melakukan itu, dinda tidak rela kalau itu sampai terjadi di kehidupan kita”, ucap bidadariku lagi

“iya dinda, kanda paham ketakutan dinda. Memang pilogami diperbolehkan dalam islam, tetapi dalam poligami itu harus bisa berlaku adil, kalau belum bisa adil berarti belum boleh berpoligami, karena itu akan melukai hati banyak orang, terutama istri-istri mereka. seandainya dinda mengizinkan kanda untuk berpoligami insya allah kanda akan menolaknya, kanda hanya ingin menjalani sisa hidup ini hanya bersama dinda.” jelasku untuk menenangkan hatinya

Tangis bidadariku mulai berhenti setelah mendengar penjelasan sigkatku tentang poligami.

“kanda benar memang kata Ustad Ridwan, kalau orang baik pasti bersama dengan orang yang baik juga. begitupun orang setia, insya allah dia akan bersama orang yang setia juga” ucap bidadariku

“iya dinda, insya allah memang seperti itu, sudah jangan menangis, ayo kita sekarang jalan-jalan ke lereng gunung panderman” ajakku

Bidadariku tidak menjawab, dia hanya mengangguk saja.

Ketika kubuka pintu istana kecilku, aku langsung disuguhi indahnya bunga yang berwarna-warni. bunga-bunga ini ditanam bidadariku ketika dulu baru menikah. Bunga-bunga ini tertata rapi. Serapi barisan orang yang sedang sholat berjamaah di Masjidil haram, berporos pada satu tempat, yakni air mancur yang kubeli ketika buku cerpen pertamaku diterima penerbit asal surabaya.

“Assalamualaikum mas sigit, mbak hesti”, sapa arman, tetangga sebelah rumahku yang ingin pergi ke ladang.

“walaikumsalam”, jawab kami berdua

Akupun menambahi, “pagi-pagi sudah berangkat mas, mau panen ya?”

“iya mas, padi milik abah hari ini mau dipanen, jadi aku harus mempersiapkan semuanya terlebih dahulu, mau kemana mas, kok tumben tidak pakai sarung?”(kebiasaanku ketika pagi sering pakai sarung, kali ini aku memakai celana olahraga). tanya si arman sambil bersiap-siap mengayuh sepeda buntutnya

“ini mau jalan-jalan dengan istriku ke lereng gunung panderman, kebetulan kajian rutin dia pagi ini libur”, jawabku

“oh gitu, ya sudah mas aku pamit ke ladang dulu, assalamualaikum”, timpal si arman

“semoga panennya dapat banyak mas, walaikumsalam” jawabku

Arman merupakan salah satu pemuda yang luar biasa di kampungku. Umurnya masih 20 tahun, tetapi sholat berjamaah dia sungguh luar biasa terjaga. Setelah maghrib, dia juga selalu menyempatkan waktunya untuk mengikuti kajian tafsir kyai mustofa di surau Ar Rahman bersamaku. Selain itu, dia juga sangat giat membantu abahnya dalam melakukan berbagai kegiatan. Salah satunya megurusi sawah milik abahnya yang ada di ujung kampungku.

“dinda sudah siap?” tanyaku

“dinda belum siap kanda, soalnya belum mendapat ciuman mesra di kening dari orang yang paling dinda cintai” canda bidadariku sambil membenarkan kerudungnya yang belum rapi.

Tanpa komando dua kali aku kecup keningnya dan berkata, “sudah kan cantik? Bidadariku ini manja sekali pagi ini, kanda jadi tambah sayang!”

“kanda setiap pagi dinda ingin dikecup seperti ini, mau kan melakukannya untuk dinda??” renggek bidadariku yang masih ingin menggodaku

Kupegang tangan lembutnya dan aku berkata, “orang mana yang menolak untuk mengecup kening bidadari secantik dinda?, semoga Allah memberkahi pernikahan kita agar kanda bisa terus melakukan ini setiap pagi untuk dinda”

“amin, ya sudah ayo berangkat” ajak bidadariku
Penulis : Rudiasa

1 comment:

  1. Main juga ke blog saya di : http://www.kotepoke.org/

    - 7 Planet Baru Untuk Manusia Masa Depan
    - Panduan Registrasi SPP Semester UM Online
    - Cek Data E-KTP Indonesia

    ReplyDelete