Tak terasa sudah dua tahun berkecimpung di Muslim Studi. Banyak sekali hal-hal yang membuat Rudi menjadi pribadi yang lebih bijak dalam menjalani hidup, terutama dalam hal agama dan menghargai orang lain. Kalau dipikir secara logika memang masih banyak hal yang harus Rudi perbaiki dalam kehidupan Rudi, tetapi dengan manjadi bagian dari Muslim Studi Alhamdulillah kehidupan Rudi menjadi lebih baik daripada ketika dulu masih berseragam biru putih. Rudi sangat beruntung bisa mengenal teman-teman yang luar biasa di Muslim Studi. Teman-teman yang mempunyai prinsip, mempunyai tujuan hidup yang jelas, dan mempunyai rencana untuk menjadi orang berguna di kemudian hari.
Pertama kali masuk Muslim Studi Rudi agak terganggu dengan budaya antara laki-laki(ikhwan) dan perempuan(akhwat) ketika mereka melaksanakan kegiatan bersama, ketika mereka bertemu di jalan, dan ketika mereka melakukan sebuah rapat(syuro). Entah apa yang membuat Rudi seperti itu, mungkin karena dulu ketika SMA tidak ada budaya seperti itu, atau mungkin karena Rudi baru mengenal Muslim Studi dan hal-hal yang terdapat di dalamnya. Misalkan saja ketika syuro, teman-teman Muslim Studi ketika melakukan syuro antara ikhwan dan akhwat harus dipisah dan terkadang dihalangi oleh benda padat sehingga mereka tidak bisa berpandangan satu sama lain. Kenapa seperti itu? Padahal di situ tujuan kita untuk syuro, bukan melakukan aksi pandang memandang. Contoh lain terkait syuro juga, ketika syuro hanya dihadiri oleh 2 orang saja, yakni ikhwan dan akhwat maka syuronya dibatalkan. Lagi-lagi kenapa seperti itu? Padahal di situ kita hanya membahas sebuah program kerja dan memastikan bahwasanya program kerja itu cepat selesai. Kita di situ tidak melakukan apa-apa selain itu, kita tidak saling curhat, kita tidak saling membicarakan kejelekan orang lain, bahkan (maaf) kita tidak saling pegang-pegangan tangan, tapi kita hanya membahas program kerja, tidak lebih.
Pertanyaan-pertanyaan itu selalu ada di pikiran Rudi sampai akhirnya setelah beberapa bulan berada di lingkungan Muslim Studi dan mengikuti kajian-kajian islam di sana Rudi sadar kalau Rudi sudah salah. Mereka melakukan semua itu karna anjuran agama islam, buktinya dalam Al Qur’an Surat An Nuur Ayat 30 Allah SWT berfirman yang isinya “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." Terlepas dari Al Qur’an kegiatan yang mereka lakukan tetaplah benar. Kalau dipikir secara hati nurani apakah kita rela orang yang kita cintai, yang nantinya akan menjadi suami/istri kita berduaan dengan orang lain? Kalau Rudi terus terang tidak rela, karena bagaimanapun hanya Rudi yang berhak menyentuh dia, bukan orang lain. Dipandang dari segi kebudayaan dan sejarah kegiatan mereka juga tidak salah, karena kita berada di negara Indonesia yang notabene mempunyai budaya ketimur-timuran yang cukup kental. Penyebab yang jauh masuk akal daripada itu semua ialah Muslim Studi merupakan organisasi mahasiswa yang bergerak dalam ranah agama islam di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang(UM), jadi mau tidak mau, bisa tidak bisa, dan sanggup tidak sanggup mereka harus mau, bisa, dan sanggup memposisikan diri mereka sesuai dengan adab-adab yang ada dalam agama islam yang bersumber dari Al Qur’an dan Al Hadist.
Kehidupan yang sangat Rudi sukai selama di Muslim Studi ialah kebersamaan. Biarpun kita dipisahkan oleh sekat-sekat yang cukup tebal (kalau antara ikhwan dan akhwat) tetapi rasa kebersamaan sering Rudi rasakan ketika melakukan sesuatu dengan mereka. salah satu contohnya, beberapa bulan yang lalu Muslim Studi mempunyai acara besar, yakni Tablig Akbar. Salah satu masalah utama yang muncul dalam kegiatan ini ialah tentang waktu. Kita hanya diberi waktu kurang lebih satu bulan untuk mengerjakan acara ini, dengan kebersamaan yang kita miliki Alhamdulillah acaranya berjalan dengan lancar dan meriah. Kita berhasil mengundang pemateri dari Ibukota Jakarta, dan yang lebih menyenangkan lagi, Bapak Djoko Dwi Kusumajanto, selaku Wakil Dekan 3 di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang bersedia mengantarkan teman-teman Muslim Studi untuk menjemput pemateri yang dari Ibukota Jakarta di Bandara Juanda Surabaya.
Rudi berpesan kepada semua teman-teman Muslim Studi bahwasanya kita di sini statusnya masih belajar untuk menjadi pribadi yang benar, jadi kalau ada kesalahan dan kekeliruan mohon dimaafkan dan dinasehati agar kesalahan dan kekeliruan itu tidak terjadi lagi. Semoga Muslim Studi bisa menjadi organisasi yang lebih bermanfaat untuk mereka yang ingin belajar agama islam. semoga juga kita tetap konsisten merawat organisasi ini sampai dia benar-benar bisa memberikan manfaat untuk orang lain. Mohon maaf karena masih banyak kekeliruan dan kesalahan dalam penulisan artikel ini. Just do it, not more speaking, and always pray. I think this is key to success.
Penulis: Rudiasa
Pertama kali masuk Muslim Studi Rudi agak terganggu dengan budaya antara laki-laki(ikhwan) dan perempuan(akhwat) ketika mereka melaksanakan kegiatan bersama, ketika mereka bertemu di jalan, dan ketika mereka melakukan sebuah rapat(syuro). Entah apa yang membuat Rudi seperti itu, mungkin karena dulu ketika SMA tidak ada budaya seperti itu, atau mungkin karena Rudi baru mengenal Muslim Studi dan hal-hal yang terdapat di dalamnya. Misalkan saja ketika syuro, teman-teman Muslim Studi ketika melakukan syuro antara ikhwan dan akhwat harus dipisah dan terkadang dihalangi oleh benda padat sehingga mereka tidak bisa berpandangan satu sama lain. Kenapa seperti itu? Padahal di situ tujuan kita untuk syuro, bukan melakukan aksi pandang memandang. Contoh lain terkait syuro juga, ketika syuro hanya dihadiri oleh 2 orang saja, yakni ikhwan dan akhwat maka syuronya dibatalkan. Lagi-lagi kenapa seperti itu? Padahal di situ kita hanya membahas sebuah program kerja dan memastikan bahwasanya program kerja itu cepat selesai. Kita di situ tidak melakukan apa-apa selain itu, kita tidak saling curhat, kita tidak saling membicarakan kejelekan orang lain, bahkan (maaf) kita tidak saling pegang-pegangan tangan, tapi kita hanya membahas program kerja, tidak lebih.
Pertanyaan-pertanyaan itu selalu ada di pikiran Rudi sampai akhirnya setelah beberapa bulan berada di lingkungan Muslim Studi dan mengikuti kajian-kajian islam di sana Rudi sadar kalau Rudi sudah salah. Mereka melakukan semua itu karna anjuran agama islam, buktinya dalam Al Qur’an Surat An Nuur Ayat 30 Allah SWT berfirman yang isinya “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." Terlepas dari Al Qur’an kegiatan yang mereka lakukan tetaplah benar. Kalau dipikir secara hati nurani apakah kita rela orang yang kita cintai, yang nantinya akan menjadi suami/istri kita berduaan dengan orang lain? Kalau Rudi terus terang tidak rela, karena bagaimanapun hanya Rudi yang berhak menyentuh dia, bukan orang lain. Dipandang dari segi kebudayaan dan sejarah kegiatan mereka juga tidak salah, karena kita berada di negara Indonesia yang notabene mempunyai budaya ketimur-timuran yang cukup kental. Penyebab yang jauh masuk akal daripada itu semua ialah Muslim Studi merupakan organisasi mahasiswa yang bergerak dalam ranah agama islam di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang(UM), jadi mau tidak mau, bisa tidak bisa, dan sanggup tidak sanggup mereka harus mau, bisa, dan sanggup memposisikan diri mereka sesuai dengan adab-adab yang ada dalam agama islam yang bersumber dari Al Qur’an dan Al Hadist.
Kehidupan yang sangat Rudi sukai selama di Muslim Studi ialah kebersamaan. Biarpun kita dipisahkan oleh sekat-sekat yang cukup tebal (kalau antara ikhwan dan akhwat) tetapi rasa kebersamaan sering Rudi rasakan ketika melakukan sesuatu dengan mereka. salah satu contohnya, beberapa bulan yang lalu Muslim Studi mempunyai acara besar, yakni Tablig Akbar. Salah satu masalah utama yang muncul dalam kegiatan ini ialah tentang waktu. Kita hanya diberi waktu kurang lebih satu bulan untuk mengerjakan acara ini, dengan kebersamaan yang kita miliki Alhamdulillah acaranya berjalan dengan lancar dan meriah. Kita berhasil mengundang pemateri dari Ibukota Jakarta, dan yang lebih menyenangkan lagi, Bapak Djoko Dwi Kusumajanto, selaku Wakil Dekan 3 di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang bersedia mengantarkan teman-teman Muslim Studi untuk menjemput pemateri yang dari Ibukota Jakarta di Bandara Juanda Surabaya.
Rudi berpesan kepada semua teman-teman Muslim Studi bahwasanya kita di sini statusnya masih belajar untuk menjadi pribadi yang benar, jadi kalau ada kesalahan dan kekeliruan mohon dimaafkan dan dinasehati agar kesalahan dan kekeliruan itu tidak terjadi lagi. Semoga Muslim Studi bisa menjadi organisasi yang lebih bermanfaat untuk mereka yang ingin belajar agama islam. semoga juga kita tetap konsisten merawat organisasi ini sampai dia benar-benar bisa memberikan manfaat untuk orang lain. Mohon maaf karena masih banyak kekeliruan dan kesalahan dalam penulisan artikel ini. Just do it, not more speaking, and always pray. I think this is key to success.
Penulis: Rudiasa
0 comment:
Post a Comment