RSS
Facebook
Twitter

July 4, 2013

IBF, ajang Silaturahmi Para Ikhwan & Akhwat



Sudah hampir tiga tahun aku berkecimpung di organisasi itu. Sebuah organisasi yang sangat positif buat kehidupanku. Dengan organisasi itu aku bisa melancong ke tanah sunda, Bandung. Tepatnya ke Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Hampir satu minggu aku di sana. Pengalaman terbaik yang bisa aku dapat ialah aku bisa mengenal beberapa kata baru. Salah satu contohnya ialah panggilan “Teh”, yang dalam bahawa jawa berarti mbak. Dan panggilan “Kang” yang dalam bahasa kelahiranku berarti mas. Ketika sampai di penginapan yang ada di daerah Lembang dua kata itu yang diucapkan panitia untuk memanggilku dan rombonganku. Tetapi tidak hanya pengalaman positif saja yang aku dapat, pengalaman negatifpun pernah aku dapat ketika berada di sana. Tepatnya ketika aku mengikuti siraman rohani dari Aa Gym di Masjid dekat kampus UPI. Pada waktu itu sepatu terbaikku hilang dicuri orang. Sempat kesal juga, tetapi mau diapain lagi karena sepatunya sudah tiada. Pelajaran yang bisa aku ambil ialah lain kali kalau pergi ke daerah orang lain harus berhati-hati lagi, terutama ketika mambawa barang-barang terbaik yang aku miliki.

Dua hari yang lalu organisasiku diberi kesempatan untuk mengisi acara di Malang Islamic Book Fair 2013 (IBF). Itu bertanda aku harus turut serta di dalamnya. Biarpun tugasku hanya membawa x-banner dari kamar kostku yang cukup nyaman. Aku sebenarnya agak khawatir datang di tempat seperti itu. khawatir kalau tidak bisa menjaga pandangan. dan khawatir kalau aku tidak bisa menjaga hatiku dari sifat iri karena melihat banyaknya para ikhwan dan akhwat yang sudah menikah dan bergandengan tangan satu sama lain. Ahh, masa bodoh dengan semua itu. Aku kesana karena ingin membantu organisasiku, bukan mencari jodoh, apalagi iri dengan orang-orang yang sudah menikah.

Acara kemarin agak molor karena balum ada peserta yang datang. sebenarnya sudah ada, tetapi masih bisa dihitung dengan jari. Berhubung sang matahari sudah condong ke ufuk barat maka acarapun dimulai. Suara yang cukup merdu menggema di IBF. Suara merdu itu tak lain ialah suara sang pemateri yang diberi amanah oleh organisasiku untuk menyampaikan beberapa materi tentang agama islam. kebiasaanku, setiap ada ceramah dari pemateri yang luar bisa biasanya selalu aku rekam di handphone pemberian dari ibuku. Rekaman ini biasanya aku bunyikan menjelang tidur malam dan akan terhenti dengan sendirinya ketika aku sudah terlelap bersama mimpi-mimpi indahku.

Menjelang maghrib acarapun selesai. Tugaskupun juga selesai. Sekarang waktunya berburu buku di IBF. Sudah beberapa tahun terakhir aku mendambakan berburu buku di IBF. Dan baru sekarang aku bisa melakukannya. Aku tidak bisa konsentrasi untuk memilih buku yang aku inginkan. Hal itu terjadi karena banyaknya bidadari-bidadari Allah yang lalu lalang di depanku. Pakaian dan kerudung. Ya dua hal ini yang paling aku sukai dari bidadari-bidadari Allah. Pada dasarnya aku kurang mengerti mengapa mereka berpakaian seperti itu. Tetapi aku sangat suka dengan seorang gadis yang berpakaian seperti itu. Sungguh anggun dan sopan jika dipandang. Kalaupun semisal ditanya tentang jodohku nanti, aku akan jawab, “aku ingin membangun keluarga kecilku bersama wanita seperti itu”. Biarpun aku sadar aku belum pantas untuk dapat gadis seperti mereka. Pemandangan lain yang cukup membuatku tidak konsentrasi ialah kemesraan yang ditunjukkan beberapa pasangan yang sudah menikah. Yang pasti pasangan ikhwan dan akhwat. Subhanallah, biarpun aku belum pernah merasakannya tatapi kelihatannya hal itu sangat menyenangkan. Dunia serasa milik berdua. Bergandengan tangan, saling merapatkan tubuh satu sama lain, dan yang pasti ketika berbicara saling memadang satu sama lain. Inilah kenikmatan dari acara sakral yang bernama “Pernikahan”.

Aku melihat beberapa teman seperjuanganku juga ada di sana. Mereka mencari buku, tetapi ada juga yang berjualan baju dan buku. Sempat aku manyapa mereka dan bercengkrama, tetapi lagi-lagi aku tidak bisa berlama-lama dengan mereka karena jenis kelamin kami berbeda. Lagian mereka juga seorang akhwat, sehingga semuanya sangat dijaga dari orang-orang yang belum halal baginya. Setelah berputar-putar dari stan buku satu ke stan buku yang lain, aku memutuskan untuk membeli dua buku. Buku pertama tantang sirah Utsman Bin Affan dan buku kedua tentang Cerpen-cerpen Islami. Pada dasarnya pembelian ini tidak aku anggarkan dalam keuanganku, tetapi aku ingin merealisasikan apa yang ada di kepalaku. Akhirnya terbelilah dua buku itu.

Hal yang sangat menarik dari IBF ialah dia memberikan kesempatan kepada para ikhwan dan akhwat untuk bersilaturahmi satu sama lain. Disamping membeli buku tentunya. Kita bisa tahu akhwat A, dan kita juga bisa tahu ikhwan B. biarpun tetap kita belum bisa bercengkrama dengan mereka sesuka hati kita. mungkin hanya sebatas tahu nama dan asal kampusnya saja. Aku suka acara ini, sangat positif dan bermanfaat bagi semua orang, terutama para ikhwan dan akhwat.

Penulis : Rudiasa (Mahasiswa FE UM)

0 comment:

Post a Comment