RSS
Facebook
Twitter

June 12, 2014

Ekspresi Cemburu Ibunda Aisyah RA



Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq RA, itulah namanya. Seorang perempuan dari Muhajirin yang dinikahi oleh Rasulullah pada bulan Syawwal tahun kesebelas dari Nubuwah. Beliau merupakan istri ketiga Rasul setelah Ibunda Khadijah binti Khuwailid dan Ibunda Saudah binti Zama’ah. Diantara 11 istri Rasulullah, hanya Ibunda Aisyah lah yang menyandang status “Gadis”. Ibunda Aisyah termasuk perempuan yang pandai. Ia merupakan istri Rasul yang sering membenarkan firman-firman Allah yang turun kepada suaminya ketika ada kerancuan. Ia juga merupakan salah satu orang yang paling banyak meriwayatkan Hadist Shahih dari suaminya.

Rasulullah sangat sayang dan cinta dengan Ibunda Aisyah. Tatkala beliau hendak wafat, beliau mendo’akan Ibunda Aisyah yang pada saat itu sedang memangku beliau. “Ya Allah, berikanlah rahmat kepadaku dan pertemukanlah aku dengan kekasihku”, (HR. Muslim). Hingga akhirnya Rasulullah wafat dipangkuan istri tercintanya, yakni Ibunda Aisyah RA.

Adakalanya, Ibunda Aisyah juga marah dengan Rasulullah. Namun dengan kemarahan itulah benih-benih cinta diantara keduanya menjadi tambah subur. Kala itu Ibunda Aisyah marah dengan Rasulullah. Rasul tahu, kemudian beliau berucap, “Sesungguhnya aku tahu kapan kamu suka kepadaku dan kapan kamu marah kepadaku”.Aisyah pun menimpali, “Dari mana engkau mengetahui itu, ya Rasulullah?”. Rasul pun menjawab, “Ketika kamu sedang suka kepadaku, maka kamu akan mengatakan, 'Demi Tuhan Muhammad'. Dan ketika kamu sedang marah kepadaku, maka kamu akan mengatakan, 'Demi Tuhan Ibrahim.'”. Sambil tersipu malu, Ibunda Aisyah pun menimpali, “Demi Allah ya Rasulullah, memang yang tidak saya sebut ketika saya sedang marah hanyalah nama engkau” (HR. Muslim).

Sebagai perempuan biasa, Ibunda Aisyah pun memiliki rasa cemburu. Ia cemburu dengan istri-istri Rasul yang lainnya, terutama dengan Ibunda Khadijah RA. Suatu ketika, Ibunda Aisyah pernah berkata, “Demi Allah, saya tidak pernah merasa cemburu kepada para istri Rasulullah SAW yang lain kecuali kepada Khadijah, meskipun ia tidak hidup semasa dengan saya” (HR. Muslim).

Kala itu, Ibunda Aisyah dan Ibunda Hafshah diajak bepergian oleh Rasulullah. Ketika malam tiba, biasanya Rasulullah menempuh perjalanan bersama Ibunda Aisyah sambil berbincang-bincang dengannya. Hingga suatu saat, Ibunda Hafshah berkata kepada ibunda Aisyah, “Hai Aisyah, bagaimana jika malam ini kamu mengendarai untaku dan aku mengendarai untamu. Setelah itu, kita akan memperhatikan apa yang akan terjadi nanti”. Ibunda Aisyah pun menjawab, “Baiklah!”. Hingga akhirnya Ibunda Aisyah mengendarai untanya Ibunda Hafshah dan Ibunda Hafshah mengendarai untanya Ibunda Aisyah. Tak lama kemudian, Rasulullah mendatangi untanya Ibunda Aisyah yang kini dikendarai oleh Ibunda Hafshah. Rasulullah mengucapkan salam kepadanya, dan menempuh perjalanan bersamanya hingga mereka singgah di suatu tempat. Sementara itu, ibunda Aisyah merasa kehilangan Rasulullah hingga ia merasa cemburu. Kemudian, ketika mereka singgah di suatu tempat, Ibunda Aisyah menjulurkan kedua kakinya di antara Pohon Idzkhir sambil berkata, “Ya Allah ya Tuhanku, perintahkanlah kalajengking atau ular untuk menggigitku, karena aku tidak kuasa untuk mengatakan sesuatu kepada rasul-Mu” (HR. Muslim)

Daftar rujukan :
- Kitab Shahih Muslim
- Kitab Sirah Nabawiyah “Ar-Rahiqul Makhtum” yang ditulis oleh Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury dari India

Penulis : Rudiasa

0 comment:

Post a Comment