Suara adzan membangunkanku pagi ini. Dengan langkah gontai aku menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan berwudhu. Sesaat kemudian aku berjalan menuju masjid dengan langkah tegak karena rasa kantukku telah sirna diterpa dinginnya air yang ada di desa kecilku. Langkah kakiku ditemani sang bulan dan koloni bintang yang sangat indah, sang bulan masih terlihat terang benderang menyinari bumi Allah, bintang-bintang kecilpun tak kalah memukau dengan cahayanya yang berkelap-kelip.
“Alhamdulillah Allah mengabulkan do’aku”, ucapku dalam hati
Kemarin malam aku sempat berdo’a kepada Allah agar aku diberi kemudahan untuk bangun jam 4 pagi supaya bisa sholat subuh secara berjamaah. Akhirnya do’a itu dikabulkan juga. Subuh kali ini suasananya begitu berbeda dengan hari-hari sebelumnya, terasa lebih dingin dan lebih hening. Hanya terdengar sayup-sayup suara orang adzan dan sang jangkrik yang sedang bernyanyi.
Hanya ada beberapa orang yang datang ke masjid pagi ini. Kebanyakan dari mereka sudah berumur di atas 40 tahun. aku terkadang heran dengan orang indonesia. Dia mendapat gelar sebagai salah satu negara terbesar untuk kategori penduduk yang memeluk agama islam, tetapi sayangnya hanya segelintir orang yang mau sholat subuh berjamaah di masjid. aku selalu mendambakan suasana sholat subuh seperti suasana sholat jum’at, orang-orang berbondong-bondong datang ke masjid, memakai wangi-wangian, membawa baju dan sajadah terbaik, serta membawa uang untuk berinfak. Satu lagi yang aku dambakan, semua ruang yang ada di masjid dipergunakan para jamaah untuk sholat dan mendengarkan khutbah jum’at. Tetapi sayang suasana sholat subuh yang ada di desa kecilku belum bisa seperti itu. sekarang, mungkin itu hanyalah seuntai impian anak ingusan yang ingin melihat masjid di desanya dipenuhi jamaah ketika subuh hari, tetapi terlepas dari itu aku percaya suatu saat nanti hal itu akan menjadi nyata.
Setelah imam mengucapkan salam aku sempat mengikuti dzikir dengan orang-orang yang ada di sana. Dzikir, sebuah makanan yang paling nikmat untuk hati manusia. Dzikir mengandung ribuan vitamin dan jutaan protein yang sangat baik untuk kelangsungan hidup hati manusia. Tanpa asupan yang baik dari dzikir menurut banyak ustad akan membuat hati manusia sakit dan akhirnya mati. Ketika hati manusia sudah mati maka si pemilik hati itu akan sulit menerima hal-hal positif, bahkan dia sudah tidak bisa membedakan mana hal yang baik dan mana hal yang buruk.
Waktu di subuh hari merupakan waktu yang paling aku sukai. Disamping aku bisa sholat subuh berjamaah di masjid, aku juga bisa menikmati udara pagi yang masih sangat murni. “ahh, aku suka dengan udara seperti ini, masih sangat segar dan dingin. Sangat baik untuk digunakan berolahraga”, batinku dalam hati sambil melakukan pemanasan karena pagi ini aku berencana bersepeda mengelilingi desa kecilku.
Terlihat dari kejauhan masih ada beberapa orang yang sedang melantunkan ayat suci Al Qur’an di dalam masjid. Dengan usianya yang sudah berkepala lima tidak mengurangi suara lantangnya dalam membaca kitab suci itu. Terlihat juga sepasang suami istri yang sedang menikmati udara pagi sambil jalan kaki melewati depan rumahku. Sungguh romantis mereka. Berpacaran setelah menikah, semua yang dilarang menjadi dianjurkan, salah satunya berkhalwat (berdua-duaan). Di pojok jalan itu aku juga menemui kerumunan ibu-ibu yang sedang berbelanja bahan makanan untuk sarapan keluarganya.
Hijaunya persawahan dan rindangnya pepohonan membuntutiku pagi ini. Sungguh segar melewati barisan mereka. barisan makhluk ciptaan Allah yang luar biasa indah dan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Aku terkadang heran dengan orang kota yang memandang remeh profesi petani yang ada di pedesaan. Padahal nasi yang berada di dapurnya merupakan hasil jerih payah para petani yang setiap hari memeliharanya dengan sabar dan penuh perhatian sehingga menghasilkan padi-padi yang berkualitas.
Penulis : Rudiasa (Mahasiswa FE UM)