Perkenalkan nama saya Rudiasa, sudah 2 tahun ini tinggal di Kota Malang untuk mencari ilmu di Universitas Negeri Malang. selama 2 tahun ini banyak yang sudah saya peroleh dan banyak pula yang belum saya peroleh. Seiring dengan berjalannya waktu semoga hal-hal yang belum saya peroleh bisa saya peroleh. Di UM sekarang sedang libur semesteran, yakni sekitar 3 bulan. Setelah menyelesaikan amanat dari kampus dan dari organisasi yang saya ikuti sekarang waktunya pulang kampung ke Jombang, waktunya berkumpul dengan keluarga, dan waktunya membantu mereka dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
Pagi ini, tanggal 24 mei 2012 saya memutuskan untuk pulang kampung naik kereta api. Sebenarnya lebih cepat naik bus, tapi berhubung saya mempunyai banyak waktu jadinya saya putuskan untuk naik kerata api. Berangkat dari kost pukul 05.30 dan sampai stasiun Kota Baru Malang pukul 05.45. suasana di sini sudah mulai ramai, panjual koran sudah mondar-mandir untuk menjajakan korannya, tukang sapu dari Pemkot Malang masih sibuk dalam membersihkan lingkungan di sekitar stasiun dan banyak pula warung-warung sudah mulai buka.
Harga tiket Rp. 9.500 untuk kelas ekonomi saya rasa tidak terlalu mahal. Setelah membeli tiket langsung masuk ke dalam stasiun yang masih agak sepi. PT. KAI sekarang sudah membenahi kebijakan-kebijakan yang ada di dunia perkeretaapian Indonesia, salah satunya menerapkan sistem penomeran tampat duduk, jadi mulai sekarang sudah tidak ada penumpang yang berdiri ketika di dalam kereta api. Pengalaman unik terjadi ketika saya mulai duduk di dalam kereta api, karena di sini saya belum tahu tentang kebijakan penomeran yang ada di perkeretaapian Indonesia. Pengalaman unik itu ialah saya 2 kali diusir oleh orang lain karena tempat duduk yang saya duduki ternyata sudah dimiliki orang lain tersebut. Ternyata jika tujuan kita jauh seperti ke jombang kita tidak dapat tempat duduk, jadi kalau ada tempat duduk kosong baru bisa kita duduki.
Tujuan pertama dari kereta yang saya naiki ialah stasiun Kota Lama yang ada di Malang, stasiun ini lumayan bersih dan ramai. Setelah menunggu beberapa menit kereta api jalan kembali menuju stasiun Kepanjen. daerah ini merupakan salah satu daerah penting yang ada di Malang karena ada Stadiun Kanjuruhan yang notabene merupakan tempat latihan Arema Indonesia. Banyak pertandingan besar diselenggarakan di stadiun ini, salah satunya saat Arema Indonesia mengikuti League Champions Asia(LCA) beberapa tahun lalu. Presiden kita, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono juga pernah menonton langsung pertandingan bola di stadiun ini, tepatnya ketika Arema Indonesia menerima trofi dan manjadi juara ISL 2010. Banyak pemandangan indah di daerah ini, salah satunya orang yang sedang membajak sawah dengan kerbau, orang menanam padi, sawah-sawah yang hijau, dan beberapa orang mencuci pakaiaan di pinggir-pinggir sungai.
Setelah dari stasiun Kepanjen perjalanan lanjut menuju stasiun Ngebruk. Di sekitar stasiun ngebruk sedang musim panen padi, jadi banyak bapak-bapak dan ibu-ibu yang sibuk memotong batang padi untuk selanjutnya diproses menjadi beras. Biarpun udara sangat panas tapi saya lihat mereka sangat menikmati pekerjaannya menjadi petani. Saya sangat salut dengan mereka, tanpa mereka pasti kita akan kelaparan dan tidak bisa menikmati lezatnya nasi putih (apalagi yang merk “rojo lele”). Pemerintah Indonesia seharusnya lebih serius dalam mengurusi mereka, terutama kesejahteraan mereka, tapi sayang fakta di lapangan membuktikan bahwa pemerintah kurang serius dalam mengurusi mereka. Pemerintah lebih senang ketika mengurusi hal-hal yang kurang bermanfaat untuk bangsa Indonesia, salah satunya rencana konser Lady Gaga di Jakarta.
Suasana dalam kereta api sangat ramai karena pedagang asongan mondar-mandir tanpa berhenti untuk manjual dagangannya, mereka terlihat sangat bersemangat dan tidak mengenal lelah dalam manjual dagangannya. Dagangan mereka bermacam-macam, ada yang jualan makanan ringan, buah-buahan, tasbih, mainan anak-anak, alat-alat tulis, koran, nasi bungkus, rokok, berbagai minuman segar, topi, dll.
Stasiun Sumber Pucung merupakan stasiun tujuan selanjutnya dari kereta api yang saya naiki, stasiun ini sama dengan stasiun Ngebruk, tapi di sini lebih bersih dan ramai. Setelah dari sini berlanjut ke stasiun Karang Kates. Daerah Karang Kates merupakan daerah pegunungan dengan pepohonan yang lumayan lebat. Ada dua terowongan di daerah ini untuk dilewati kereta api, jaraknya sekitar @50 meter dan ketika di dalam terowongan udaranya sedikit penat. daerah ini juga mempunyai bendungan, namanya Bendungan Karang Kates. Bendungan ini mempunyai banyak fungsi, salah satunya tempat rekreasi dan PLTA. Setelah dari stasiun karang kates kereta menuju stasiun Pohgajih lalu ke stasiun Kesamben.
Dua jam perjalanan dari Malang alhamdulillah sekarang sudah sampai di Blitar, tapatnya di stasiun Wlingi. Blitar merupakan tampat kelahiran presiden pertama Republik Indonesia, yakni Soekarno. Beliau ialah orang yang mewakili rakyat Indonesia dalam membaca teks proklamasi yang menandakan bahwa bangsa Indonesia telah merdeka dari tangan para panjajah. Beliau sekarang sudah wafat dan di makamkan di tanah kelahirannya sendiri yakni Blitar.
Setelah dari stasiun Wlingi perjalanan berlanjut ke:
- stasiun Talun
- stasiun Garum
- stasiun Blitar
- stasiun Rejotangan
- stasiun Ngunut
- stasiun Gempol
- stasiun Tulunggagung
- stasiun Ngujang
- stasiun Kras
- stasiun Ngadiluwih
Setelah melewati beberapa stasiun sekarang sudah sampai di Kediri, tepatnya di stasiun kota Kediri. Stasiun ini besar, ramai, dan tata kelola ruangnya indah. Kediri memiliki pabrik yang sifatnya sudah nasional, yakni PT. Gudang Garam. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang memproduksi rokok berkualitas baik di indonesia. Setelah dari kediri perjalanan berlanjut menuju:
- stasiun Susuhan
- stasiun Minggiran
- stasiun Papar
- stasiun Purwoasri
Setelah dari stasiun Purwoasri kereta manuju stasiun Kertosono. Stasiun ini merupakan stasiun besar dengan banyak tujuan, seperti tujuan ke Surabaya, ke Malang, dan ke Jakarta. Kereta api yang saya naiki berganti lokomotif dengan jurusan ke Surabaya di stasiun ini. Sambil menunggu pergantian lokomotif tersebut saya luangkan waktu untuk mengisi perut yang sudah sangat lapar dengan membeli nasi pecel khas kertosono. biarpun lauk pauknya tidak seperti yang ada di restoran-restoran mahal tapi terus terang rasanya luar biasa lezat. Harganya yang terjangkau, yakni Rp. 4.000 per bungkus membuat warung nasi pecel di sini selalu ramai dikunjungi para pembeli.