RSS
Facebook
Twitter

Showing posts with label Tentang Islam. Show all posts
Showing posts with label Tentang Islam. Show all posts

March 5, 2015

Ada sebuah kisah yang sangat menarik. Kisah ini ialah kisah nyata yang diambil dari salah satu kitab yang ditulis oleh Ibnu Qayyim Al Jauziyah, salah seorang Ulama Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Kisah ini juga pernah disampaikan oleh Ustadz Abdullah Shaleh Al Hadrami dari puncak Gunung Bromo.

Dikisahkan, dalam sebuah kerajaan ada seorang Menteri yang selalu berbaik sangka kepada Allah SWT. Menteri ini selalu berkata, “pilihan Allah ialah pilihan yang paling baik”.

Suatu saat, Sang Raja dari kerajaan ini sedang mengupas buah-buahan, tanpa sengaja ternyata tangannya kena sayatan pisau hingga menimbulkan luka yang cukup parah. Darah pun berceceran di tangannya. Sang Raja kemudian memanggil Sang Menteri yang berbaik sangka kepada Allah SWT tadi, niatnya ingin dihibur. Datanglah Sang Menteri, kemudian ia berkata, “Wahai Rajaku, pilihan Allah ialah pilihan yang paling baik”. Sang Raja langsung marah besar. Dia kecewa dengan Sang Menteri yang tidak bisa menghiburnya, justru malah berkata seperti itu. Apa yang terjadi?, Sang Menteri langsung dicopot dari jabatannya dan dimasukkan ke dalam penjara. Subhanallah, Sang Menteri tetap berbaik sangka kepada Allah, ia berkata, “Wahai Rajaku, pilihan Allah ialah pilihan yang paling baik”.

Hari pun terus berganti, suatu saat Sang Raja sedang berburu hewan buruannya di dalam hutan sendirian. Ia terus mengejar hewan buruannya yang kala itu larinya cukup kencang. Tanpa sengaja ternyata Sang Raja telah melewati batas wilayahnya dan memasuki wilayah orang lain, yakni kawasan orang Majusi, Sang Penyembah Api. Ditangkaplah Sang Raja, kemudian ia dimasukkan ke dalam penjara bersama para tawanan yang lainnya.

Orang Majusi memiliki tradisi yang sangat mengerikan, yakni menyajikan tumbal untuk tuhan-tuhan mereka. tumbalnya ialah para tawanan, termasuk Sang Raja. Namun ada syaratnya, yakni tidak boleh ada cacat sedikit pun dari tawanan yang akan dijadikan tumbal.

Dipriksalah mereka, termasuk Sang Raja. Ternyata, Sang Raja memiliki cacat, yakni bekas luka sayatan pisau yang ada di tangannya. Hingga sang Raja tidak dijadikan tumbal pada waktu itu.

Dipulangkanlah Sang Raja ke kerajaannya, dalam perjalanan pulang ia teringat nasehat dari Menterinya dahulu. Sesampainya di kerajaan ia berkata kepada Para Algojonya, “Sang Menteri dibebaskan!”.

Bebaslah Sang Menteri, kemudian Sang Raja berkata kepadanya, “Wahai Menteriku, ketika engkau aku masukkan ke dalam penjara, apakah ini merupakan pilihan Allah yang paling baik?”

“Wahai Rajaku, ini merupakan pilihan Allah yang paling baik”, jawab Sang Menteri

“Kenapa seperti itu?”, ucap Sang Raja

“Wahai Rajaku, jika aku tidak dipenjara, maka pasti engkau akan mengajak aku untuk berburu, ketika kita ditangkap oleh orang-orang Majusi, kemudian kita diperiksa, dan hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa aku tidak memiliki cacat sementara engkau memiliki cacat, maka pasti aku lah yang akan menjadi tumbalnya”, jawab Sang Menteri

Subhanallah, kisah yang sangat menarik. Sering kali kita berburuk sangka kepada Allah SWT. Kita sering berkata, “kenapa ya aku koq belum nikah?”, “kenapa ya rezekiku koq hanya segini?”,”kenapa ya aku koq belum dapat momongan?”, dan 1001 alasan lainnya yang intinya kita berburuk sangka kepada Allah SWT. Padahal percayalah, itu merupakan pilihan Allah yang paling baik, sebagaimana firmanNya (yang artinya), “.. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al Baqarah 261).

Penulis : Rudiasa, SE

August 27, 2014

Rasulullah merupakan orang yang sangat sayang kepada umatnya, termasuk kepada kita. Rasa sayang beliau salah satunya dituangkan dalam puasa ramadhan. Ketika bersahur, Rasul menganjurkan kita untuk bersahur di akhir waktu, hal ini dilakukan karena beliau tahu bahwa kita sebentar lagi akan haus dan lapar. Bagitupun ketika berbuka puasa, Rasul menganjurkan kepada kita untuk memyegerakan berbuka puasa, hal ini dilakukan karena Rasul tahu kita sudah sangat lapar dan haus. Tidak sayang kah kita dengan Rasul?, mari kita menyayangi Rasul dengan melakukan sunnah-sunnah yang pernah dilakukan oleh Rasul, dan mari kita menyayanagi Rasul dengan tidak melakukan ritual-ritual ibadah yang sesungguhnya itu tidak pernah dilakukan oleh Rasul. 

Dalil tentang mengakhirkan sahur
Dari Zaid bin Tsabit RA, dia berkata, "Kami sahur bersama Rasulullah SAW kemudian kami melaksanakan shalat." Aku bertanya, "Berapakah jarak antara sahur dan shalat?" Rasul menjawab, "Yaitu kira-kira (lama membaca) 50 ayat" {Muslim 3/131}

Dalil tentang menyegerakan berbuka puasa
Dari Sahal bin Sa'ad RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Manusia senantiasa dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa" {Muslim 3/131}.

Dari Abu 'Athiyyah, dia berkata, "Saya dan Masruq pernah berkunjung kepada Aisyah RA. Lalu Masruq bertanya kepadanya, 'Dua orang lelaki dari sahabat Rasul ini sama-sama menginginkan kebaikan. Salah seorang dari mereka ada yang menyegerakan shalat Maghrib dan berbuka, seorang lagi mengakhirkan shalat Maghrib dan berbuka?'" Aisyah bertanya, "Siapa yang menyegerakan shalat Maghrib dan berbuka?" Kami menjawab, "Ia adalah Abdullah." Lalu Aisyah berkata, "Demikianlah yang dilakukan Rasulullah SAW." {Muslim 3/131-132}.

Penulis : Rudiasa, S.E

5 Golongan Manusia menurut Islam

Agama islam ialah agama yang sempurna dan universal. Semua aspek kehidupan sudah diatur oleh islam. Mulai dari cara kita makan sampai cara kita mendirikan sebuah negara. Agama islam juga bisa diterapkan di mana saja, termasuk di Korea Utara dan Israel. Islam adalah kata bahasa arab yang terambil dari kata salima yang berarti selamat, damai, tunduk, pasrah, dan berserah diri. Objek penyerahan diri ini ialah Pencipta seluruh alam semesta, yakni Allah SWT. Dengan demikian, Islam berarti penyerahan diri kepada Allah SWT sebagaimana tercantum dalam Al Qur’an surat Ali Imran ayat 19, yang artinya “sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah adalah Islam..”

Di dalam agama Islam terdapat 5 golongan manusia yang berkaitan dengan akidah mereka kepada Allah SWT, yakni:

1. Golongan Mu’min, yakni golongan yang menerima dan menyakini rukun iman yang enam, iman kepada Allah, MalaikatNya, KitabNya, RasulNya, Hari akhir, dan TakdirNya dengan tulus dan jujur. Golongan ini tidak hanya menerima akidah dengan hatinya, melainkan juga mengakui dengan lisannya, dan mengamalkan dengan tingkah lakunya. 

2. Golongan Kafir, yakni golongan yang menolak rukun iman secara terang-terangan. 

3. Golongan Munafik, yakni golongan yang pada lahirnya menerima akidah islam namun sebenarnya hatinya menolak dan tidak mempercayai akidah islam. Berikut merupakan sabda Rasul menganai golongan munafik, Dari Abdullah bin Amr RA, dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Barangsiapa tertanam dalam dirinya empat hal, maka ia benar-benar seorang munafik sejati, dan barangsiapa dalam dirinya terdapat salah satu dari empat hal, maka dalam dirinya tertanam satu kemunafikan sehingga ia meninggalkannya, (yaitu) (1) Apabila berbicara ia berdusta (2) Apabila membuat kesepakatan ia mengkhianati (3) Apabila berjanji ia mengingkari (4) Apabila berdebat ia tidak jujur.' Namun di dalam hadits Sufyan disebutkan, 'Barangsiapa dalam dirinya terdapat salah satu dari empat hal ini maka di dalam dirinya terdapat salah satu ciri kemunafikan. '"{Muslim 1/56}

4. Golongan Musyrik, yakni golongan yang mempersekutukan Allah SWT dengan sesuatu yang lain. Di zaman Rasul dulu para penduduk Mekkah menyekutukan Allah SWT dengan patung-patung, diantaranya dengan patung Latta dan Uzza. Sehingga, Golongan ini selain menyembah Allah SWT juga menyembah benda-benda lainnya sebagai perantara, diantaranya dengan patung.

5. Golongan Murtad, yakni golongan yang dulunya beriman kepada Allah SAW kemudian keluar dari agama Islam. 

Dimanakan posisi kita? Semoga kita mampu istiqomah berada di golongan pertama, yakni Golongan Orang Muk’min agar kita bisa bareng-bareng masuk surga dan bisa melihat Allah SAW serta bersendau gurau dengan kekasihNya, Rasulullah Muhammad SAW.

Daftar Tujukan 
-Al Qur’an dan Hadist Shahih Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
-Karim, Adiwarman A. 2010. Bank Islam :Analisis Fiqih dan Keuangan (Edisi 4). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Penulis : Rudiasa, S.E
Kemarin malam (24/04/2014), saya mengikuti kajian rutin yang ada di Masjid Abu Dzar Al-Ghifari Kota Malang. Pada waktu itu pematerinya ialah Ustad Azhar Reza, salah satu ustad yang sudah tidak asing lagi di Kota Malang. Beliau membahas beberapa hal, diantaranya ialah 6 penyesalan orang-orang yang sudah mati dan mereka masuk neraka menurut Al Qur’an. 

1. Orang itu ingin beramal saleh
Orang yang sudah mati dan masuk neraka akan menyesal kenapa dulu mereka tidak beramal saleh, coba kalau beramal saleh, pasti mereka tidak akan dipanggang di neraka. Dalil tentang hal ini ialah Al Qur’an Surat Faathir Ayat ke 37, “Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan." Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun”

2. Orang itu ingin mengikuti Rasul
Orang yang sudah mati dan tinggal di neraka akan menyesal karena semasa hidupnya tidak mengikuti Rasul, terutama sunnah-sunnah beliau. Dalil tentang hal ini ialah Al Qur’an Surat Ibrahim Ayat ke 44, “Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim: "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul." (Kepada mereka dikatakan): "Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa?”

3. Orang itu ingin menjadi orang yang beriman
Orang yang sudah mati dan hidup di neraka akan menysal kenapa dulu tidak menjadi orang yang beriman. Andaikan mereka beriman, pasti hasilnya beda. Dalil tentang hal ini ialah Al Qur’an Surat Asy Syu'araa' Ayat ke 102, “maka sekiranya kita dapat kembali sekali lagi (ke dunia) niscaya kami menjadi orang-orang yang beriman.”

4. Orang itu ingin berbuat baik
Menjadi orang baik merupakan sebuah kaharusan kalau kita ingin bertemu dan bersendau gurau dengan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat di surgaNya Allah SWT. Jika tidak, maka tempatnya ialah di neraka. Orang-orang yang sudah mati dan masuk neraka merasa menyesal karena semasa hidupnya tidak digunakan untuk berbuat baik. Dalil tentang hal ini ialah Al Qur’an Surat Az Zumar Ayat ke 58, “Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab 'Kalau sekiranya aku dapat kemnbali (ke dunia), niscaya aku akan termasuk orang-orang berbuat baik'”

5. Orang itu tidak ingin mendustakan ayat-ayat Allah SWT
Orang yang mendustakan ayat-ayat Allah SWT berarti mereka orang kafir. Orang-orang seperti ini akan menyesal ketika sudah dipanggang di neraka. Mereka menyesal kenapa dulu semasa hidup tidak mau mengamalkan ayat-ayat aAllah SWT, malahan mendustakannya. Dalil tentang hal ini ialah Al Qur’an Surat Al An'aam Ayat ke 27, “Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman", (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan)”

6. Orang itu tidak ingin menjadi orang yang zalim
Dalil tentang hal ini ialah Al Qur’an Surat Asy Syuura Ayat ke 44, “Dan siapa yang disesatkan Allah maka tidak ada baginya seorang pemimpinpun sesudah itu. Dan kamu akan melihat orang-orang yang zalim ketika mereka melihat azab berkata: "Adakah kiranya jalan untuk kembali (ke dunia)?"

Teman-teman semuanya, salah satu makanan hati yang mengandung banyak vitamin dan protein ialah mengikuti kajian islam. Alhamdulillah di Kota Malang banyak sekali kajian seperti itu yang diadakan hampir setiap hari, terutama bakda maghrib dan subuh. Masjid-masjid yang sering melakukan hal itu diantaranya ialah Masjid Al Ghifari, Masjid Utsman bin Affan, Masjid An Nuur Jagalan, dll.

Sebagai penutup, ada kisah menarik orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu dalam menyelesaikan sebuah masalah. 

Dari Abu Said Al Khudri RA, bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda, "Pada jaman dahulu ada seorang laki-laki yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Kemudian orang tersebut mencari orang alim yang banyak ilmunya. Lalu ditunjukkan kepada seorang rahib dan ia pun langsung mendatanginya. Kepada rahib tersebut ia berterus-terang bahwasanya ia telah membunuh sembilan puluh sembilan orang dan apakah taubatnya itu akan diterima? Ternyata rahib itu menjawab, 'Tidak. Taubatmu tidak akan diterima.' Akhirnya laki-laki itu langsung membunuh sang rahib hingga genaplah kini seratus orang yang telah dibunuhnya. Kemudian laki-laki itu mencari orang lain lagi yang paling banyak ilmunya. Lalu ditunjukkan kepadanya seorang alim yang mempunyai ilmu yang banyak. Kepada orang alim tersebut, laki-laki itu berkata, 'Saya telah membunuh seratus orang dan apakah taubat saya akan diterima?' Orang alim itu menjawab, 'Ya. Tidak ada penghalang antara taubatmu dan dirimu. Pergilah ke daerah ini dan itu, karena di sana banyak orang yang beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Setelah itu, beribadahlah kamu kepada Allah bersama mereka dan janganlah kamu kembali ke daerahmu, karena daerahmu itu termasuk lingkungan yang buruk.' Maka berangkatlah laki-laki itu ke daerah yang telah ditunjukkan tersebut. Di tengah perjalanan menuju ke sana, laki-laki itu meninggal dunia. Lalu malaikat rahmat dan malaikat adzab saling berbantahan. Malaikat rahmat berkata, 'Orang laki-laki ini telah berniat pergi ke suatu wilayah untuk bertaubat dan beribadah kepada Allah dengan sepenuh hati.' Malaikat adzab membantah, 'Tetapi, bukankah ia belum berbuat baik sama sekali.' Akhirnya datanglah seorang malaikat yang berwujud manusia menemui kedua malaikat yang sedang berbantahan itu. Maka keduanya meminta keputusan kepada malaikat yang berwujud manusia dengan cara yang terbaik. Orang tersebut berkata, 'Ukurlah jarak yang terdekat dengan orang yang meninggal dunia ini dari tempat berangkatnya hingga ke tempat tujuannya. Mana yang terdekat, maka itulah keputusannya.' Ternyata dari hasil pengukuran mereka itu terbukti bahwa orang laki-laki itu meninggal dunia lebih dekat ke tempat tujuannya. Dengan demikian orang tersebut berada dalam genggaman malaikat rahmat." Qatadah berkata, "Al Hasan berkata, 'Seseorang telah berkata kepada kami bahwasanya laki-laki itu meninggal dunia dalam kondisi jatuh terlungkup." {Muslim 8/803-804}

Penulis : Rudiasa, S.E