RSS
Facebook
Twitter

May 20, 2014

Pendakian Gunung Panderman 2014

















Assalamualaikum Indonesia,

Beberapa hari yang lalu (Jum’at, 16 Mei 2014), saya beserta teman-teman saya dari Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang (UM) mendaki Gunung Panderman yang berada di Kota Batu. Tidak hanya mendaki, kami juga bermalam di sana. Beranggotakan 6 orang, yakni saya, Khoirul Abidin, Burhannudin, Angga Prasetya Nusantara, Achmad Nurhadhi Pamungkas, dan mas rendy (Mahasiswa S2 UM), kami berangkat dari Kota Malang pukul 8 pagi di hari jum’at. Setelah melakukan perjalanan selama 1 jam sampailah kami di pos pertama, yakni loket pembayaran dan penitipan sepeda motor. Kami menitipkan sepeda motor dengan harga 5 Ribu/kendaraan dan membayar tiket masuk 3 Ribu/orang. Tidak banyak bekal yang kami bawa, hanya beberapa air mineral, mie instan, roti basah, dan beberapa camilan. Kami juga membawa peralatan dan perlengkapan standar orang melakukan camping, yakni tenda, senter, peralatan memasak, dkknya.

Pukul 9 pagi kami mulai mendaki ke puncak Gunung Panderman. Menurut beberapa pendaki yang kami temui, jarak tempuh dari pos pertama sampai puncak membutuhkan waktu 2 jam untuk pendaki profesional. Berhubung kami masih pemula, maka kemarin kami membutuhkan 4,5 jam untuk sampai ke puncak. Ada 3 pos sebelum kami sampai di puncak, yakni pos pembayaran tiket di pintu masuk Gunung Panderman, Pos “Latar Ombo”, dan Pos “Watu Gede”. Sebenarnya kita sudah bisa mendirikan tenda di Pos “Latar Ombo”, namun pemandangannya kurang seru. Oleh sebab itulah kami kemarin bertekad untuk bisa menaklukan puncak Gunung Panderman dan mendirikan tenda disana.

Medan untuk mencapai puncak sangat berat, dimulai dari jalan paving yang menanjak, dilanjutkan dengan jalan setapak, kemudian jalan berdebu, sampai dengan jalan menanjak yang dipenuhi dengan bebatuan yang curam. Tak hanya itu, kami juga melewati lereng gunung yang cukup sempit, seandainya kita jatuh, mungkin kita akan tersesat karena jurang di bawahnya sangat dalam. Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan yang sangat hijau dan rindang. Ada beberapa penduduk lokal yang mencari rumput sampai di tengah hutan, ada pula para ibu-ibu yang memanen sayur-mayur.

Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan sampailah juga kami di puncak. Pada waktu itu jam menunjukkan pukul 13.30. Waktu yang cukup lama, namun semua terbayar ketika kami sudah sampai di puncak. Pemandangannya luar biasa indah dan udaranya juga sangat segar.

Ketika sampai di puncak, kami langsung disambut oleh puluhan monyet yang menghuni hutan itu. Ada sekitar 15 monyet yang menyabut kami. Diantara ke 15 monyet itu ada yang berwarna putih. Baru kali ini saya melihat monyet berwarna putih dengan mata telanjang. Konon monyet putih itu merupakan pimpinan para monyet di hutan itu. Sebenarnya mereka tidak galak, hanya saja mereka menginginkan makanan kita, sehingga tingkah laku mereka agak berbahaya dan selalu berupaya mendekati kita untuk mengambil makanan yang kita miliki. Tidak perlu khawatir, cukup mengusirnya dengan tongkat yang panjang dan mereka akan pergi.

Sampai di puncak kami langsung membuat tenda untuk menanggulangi datangnya sang hujan, Ahlamdulillah kemarin tidak hujan. Mendirikan 2 tenda sudah cukup untuk kami berenam. Setelah tenda terpasang kami pun menyantap bekal nasi yang kami bawa dari rumah. Sungguh nikmat makan dalam keadaan lapar, apalagi di puncak Gunung Panderman yang sangat indah seperti ini.


Ketika malam tiba, kami pun disodori pemandangan yang sangat indah, yakni bundarnya sang bulan, kerlap-kerlipnya serdadu bintang, dan lampu-lampu kota yang sangat indah dari kota batu. Momen ini tidak kami sia-siakan begitu saja, hingga kami mengabadikannya ke dalam beberapa jepretan kamera.

Jam menunjukkan pukul 7 malam, kamipun mempersiakan kompor untuk membuat mie instan dan kopi. Hal ini kami lakukan untuk menghangatkan tubuh kami karena udara di puncak Panderman sangat dingin. Sambil menunggu kopi dan mie instannya matang kami pun mengelilingi tempat perapian agar tubuh kami tetap hangat. Obrolan kami cukup seru kala itu karena tidak ada satu orang pun yang menganggu kami. Pada waktu itu tidak ada pendaki lain yang bermalam di puncak Panerman, hanya kami berenam.

Ketika suara adzan subuh belum berkumandang, ada suara gaduh di samping tenda kami. Saya pun menenggoknya dan ternyara itu ialah para pendaki lain yang hendak menyaksikan Sunrise (terbitnya sang matahari). Ketika kami tanya, mereka mulai mendaki pukul 11 malam dan sampai di puncak ketika menjelang subuh. Ingin tidur lagi tapi ndak bisa, hingga akhirnya saya pun ikut bergabung dengan mereka sambil membuat beberapa kopi untuk menghangatkan tubuh kami.

Prosesi matahari terbit dari puncak Gunung Pandrman sungguh indah, tak ada satu benda pun yang bisa menghalangi pandangan kami, sehingga prosesi itu sangat jelas dan khidmat. Setelah sang matahari mulai agak meninggi yang pada waktu itu menunjukkan pukul 8 pagi, kami pun bergegas untuk turun dari gunung dan kembali ke Kota Malang.

Perjalanan turun tidak terlalu melelahkan, hanya butuh 2 jam untuk sampai di pos pertama, yakni pos loket pembayaran. Sepanjang perjalanan kami bertemu banyak pendaki, setelah menyapa satu sama lain, akhirnya saya tahu bahwa mereka berasal dari Universitas Brawijaya Malang (UB) yang hendak mengadakan acara di puncak. Pukul 10 pagi kami sudah sampai di pos pertama, Alhamdulillah semua selamat..

Wassalamualaikum Indonesia,
Penulis : Rudiasa (Mahasiswa FE UM)