RSS
Facebook
Twitter

November 23, 2013

Perusahaan Jasa



Perusahaan jasa ialah perusahaan yang kegiatan utamanya memberikan jasa kepada konsumen. Perusahaan jasa tidak menjual barang seperti perusahaan dagang. Perusahaan jasa pun tidak memproduksi barang seperti perusahaan manufaktur. Terdapat empat karakteristik yang membedakan jasa dan barang, antara lain:

1. Tidak berwujud (Intangible), Sifat jasa tidak mempunyai wujud fisik yang bisa dilihat dan diraba

2. Tidak dapat dipisahkan (inseparability), Tidak ada pemisahan antara produksi dan penjualan jasa. Kedua hal itu terjadi pada waktu yang bersamaan

3. Berubah-ubah (variability), jasa memiliki sifat yang tidak bisa di standarisasi karena sangat bergantung pada selera, waktu, tempat, dan karakteristik konsumen

4. Tidak dapat disimpan (perishability), jasa memiliki sifat yang tidak dapat disimpan untuk dijual kembali pada waktu yang berbeda, sehingga perusahaan jasa tidak mempunyai persediaan jasa

Proses produksi dan penjualan jasa dalam perusahaan jasa berlangsung ketika terjadi kesepakatan antara pelaku bisnis, yakni perusahaan yang bersangkutan dan konsumen. Sehingga menurut sudut pandang akuntansi, ada dua transaksi utama dalam perusahaan jasa, yakni transaksi administratif dan transaksi penjualan jasa.

Terkadang produk yang dimiliki perusahaan jasa 100% tidak berbentuk jasa. Contohnya seperti jasa transportasi kereta api. Industri kereta api tidak bisa memberikan jasa transportasinya tanpa adanya kereta api yang notabene merupakan aset berwujud (aset tetap).

Terdapat lima jenis produk yang ditawarkan perusahaan terkait dengan produk jasa atau barang. Kelima kategori tersebut ialah:

1. 100% barang, penawaran jenis ini sepenuhnya menawarkan sebuah barang. Contonya seperti buku, pasta gigi, perlengakapan dapur, dll.

2. Barang dengan tambahan berupa jasa, jenis ini menawarkan barang dengan tambahan sedikit jasa. Jenis ini biasanya diterapkan di perusahaan manufaktur mobil, komputer, dan telepon gengam. Para produsen barang elektronik tersebut biasanya memberikan pelayanan berupa purna jual kepada para konsumennya.

3. Hybrid, penawaran jenis ini menawarkan penggabungan jasa dan barang pada waktu yang bersamaan. Contonya ialah seperti kafetaria. selain menyediakan makanan dan minuman yang lezat, kafetaria juga menyediakan suasana yang nyaman untuk bersantai.

4. Jasa dengan tambahan barang, jenis ini menawarkan penggabungan jasa dengan barang, namun proporsi jasa lebih besar daripada proporsi barang. Contohnya seperti jasa penerbangan, dll.

5. 100% jasa, penawaran jenis ini sepenuhnya menawarkan sebuah jasa. Contohnya seperti jasa potong rambut, jasa memasak, dll.

Penulis : Rudiasa (Mahasiswa FE UM)

November 20, 2013

Aku dan Wanita Misterius itu


Sang hujan tampaknya mulai gemar untuk singgah di Kota Malang. Sore ini buktinya, keindahan kepulangan sang matahari di ufuk barat tidak bisa aku nikmati di sore ini. Hujan penyebabnya. Namun aku cukup suka dengan sang hujan. Dia bisa menghasilkan pelangi yang sangat indah. Berbagai warna yang ia tampilkan sudah cukup membuktikan bahwa ia merupakan sesuatu yang sangat indah.

Sore ini aku sedikit kecewa. Kecewa karena aku menggunakan rencana B, yakni membuat rencana baru. Rencana lama yang sudah cukup matang sirna karena aku terlalu ceroboh. Mungkin ini bukan yang diinginkan Allah, atau mungkin aku terlalu sempurna dalam membuat rencana. Entah, yang pasti aku tidak tahu sama sekali. Setidaknya dengan kegagalan rencana ini aku sadar bahwa lain kali aku tidak boleh ceroboh.

Suara adzan telah berkumandang. Itu menandakan shalat isya telah datang. aku pun bergegas menuju Masjid Al Hikmah UM untuk bermanja-manja dengan Allah. Kali ini aku mengobrol dengan Allah mengenai kuliahku, mengenai rencana pekerjaanku, dan mengenai jodohku kelak. yang pasti dalam do’a itu aku meminta agar diberi kemudahan dalam menggapainya. Salah satu teman baikku pernah berkata, “do’a saja ndak cukup, harus berikhtiyar”. Aku merenungi makna kalimat ini, dan ternyata benar. Do’a saja tidak cukup, aku juga harus berusaha. Berusaha dalam menyelesaikan kuliah, berusaha dalam mencari pekerjaan yang aku cintai dan diridhoi Allah, dan berusaha untuk mencari pasangan hidup yang aku cintai dan diridhoi Allah.

Selepas shalat aku pun pulang. Langkah kakiku ditemani tetesan air hujan yang masih enggan untuk berhenti. Untung pada waktu itu hanya gerimis. Coba kalau hujan lebat, mungkin aku akan bermalam di rumah Allah. Aku lihat sekeliling ternyata keadaan sudah sangat sepi. Mungkin sang hujan juga yang menyebabkan.

Langkah kakiku terhenti ketika aku melihat sesosok wanita yang sedang membungkuk di pokok gedung itu. Nampaknya ia sedang mencari sesuatu yang hilang. Dia manggunakan pakaian yang serba putih. Rambutnya pun panjang. Pada waktu itu aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena rambutnya yang panjang menutupi sebagian besar wajahnya.

“kenapa wanita itu?”, aku bertanya pada diriku sendiri. Aku coba untuk mendekatinya. Mendekatinya agar aku bisa melihat wajahnya dan mengetahui apa yang ia lakukan. Jam tanganku sudah menunjukkan pukul 8 malam. Suasana di sekitar gedung itu pun sudah sangat sepi. Hanya aku dan dia yang ada disitu. Ditambah lagi pada waktu itu hujan sudah mulai deras, sehingga keadaan menjadi sangat menakutkan.

Dengan langkah hati-hati aku mulai mendekati wanita berambut panjang itu. Nampaknya ia tidak melihatku. Ia masih membungkuk dan mondar-mandir di pojok gedung itu. Jujur aku sangat takut, namun karena rasa penasaranku yang sangat besar maka aku bulatkan tekadku untuk menemuinya.

“mbak apa yang kamu lakukan?”, sapaku dengan suara agak serak karena takut

Tidak ada jawaban pada saat itu, aku pun bertanya lagi, “mbak apa yang kamu lakukan?”

Lagi-lagi tidak ada jawaban. aku sempat kesal dibuatnya, dan dengan terpaksa aku menepuk bahunya dan berkata, “mbak apa yang kamu lakukan?”.

Ia hanya diam, namun ia menangis pada waktu itu. Aku binggung harus melakukan apa. Apakah aku pergi dan meninggalkannya yang sedang menangis di tengah sepinya kampus? ataukah aku membantu dia dan membuatnya tidak menangis lagi?. Pikiranku sangat binggung pada saat itu. Entah dari mana asalnya, yang pasti bulu kudukku berdiri pada saat itu. Aku pun berusaha untuk menghilangkan rasa takut ini. Setelah berpikir sejenak, aku putuskan untuk membantu dia.

“mbak apa yang kamu lakukan di sini?”, tanyaku lagi

“aku mencari sesuatu yang hilang mas”, jawabnya pelan sambil mengusap air matanya

“apa yang kamu cari?”, tanyaku lagi

“sesuatu yang sangat berharga”, jawabnya

“apa sesuatu itu?”, tanyaku lagi

“cukup aku saja yang tahu, orang lain tidak perlu tahu. Termasuk mas”, jawabnya

“oke aku mengerti, tapi aku ingin membantu kamu agar kamu cepat pulang. ini hujannya makin deras, dan malam pun makin larut. Bahaya kalau jam segini masih ada wanita yang berada di kampus”, jelasku

Dia hanya diam. Kemudian ia pergi ke gedung sebelahnya sambil tetap membungkuk untuk mencari barangnya yang belum ketemu. Mungkin sesuatu itu spesial, sehingga ia rela harus mencarinya sampai larut malam seperti ini.

Ku lirik jam tanganku, dan ia sudah menunjukkan pukul 10 malam. Aku ingin pulang, tapi aku tak tega untuk meninggalkannya. Hingga aku pun mengikutinya dari belakang.

“mbak sesuatu yang hilang itu begitu berharga ya buat kamu?”, tanyaku

“iya mas. Dengan sesuatu itu aku lebih bersemangat dalam menjalani hidup. Aku sangat sayang dengan sesuatu itu. Aku ndak akan pulang sebelum menemukannya”, jawabnya

Aku hanya diam. Kemudian ia berkata lagi, “nama mas siapa? Kok tumben mau bantuin aku?”.

“tadinya aku mau pulang, namun aku melihat wanita yang nampaknya sedang kebinggungan. Untuk itulah aku kesini. Oya namaku Rudi, aku dari Fakultas Ekonomi. Nama kamu siapa?”, timpalku

“aku Nidia, aku dari Fakultas Pendidikan. Oya terima kasih sudah perduli sama aku. Aku rasa sesuatu yang hilang itu sudah aku temukan”, jawabnya

“Apa itu?”, tanyaku

“hatimu”, jawabnya sambil tersenyum lebar

Aku pun ikut tersenyum, ingin sekali aku mengenalnya lebih dekat. Namun sayang ia sudah pergi dari hadapanku. Ia lari menerobos lebatnya hujan di malam itu. Aku coba untuk mengejarnya. Namun kakiku terasa lumpuh. Kakiku tidak bisa bergerak untuk mengejarnya. Aku hanya bisa melihatnya pergi begitu saja tanpa bertanya kenapa ia mencari hatiku. Selang beberapa saat ia sudah hilang. Satu yang kuingat dari dia, namanya ialah Nidia.

“Allah Akbar.. Allah Akbar”

Aku mendengar suara adzan dari kejauhan, makin lama suara itu makin keras. Makin keras dan makin keras. Aku tidak tahu dari mana suara adzan itu.

“rud bangun sudah subuh!”, ucap seseorang yang tidak aku ketahui

“rud bangun, sudah subuh!”, suara itu terdengar lagi

Dengan terkejut aku bangun dan berteriak, “haaahhh!”

Astaga, aku bermimpi. Aku bermimpi bertemu dengan seorang wanita bernama Nidia. Suara adzan itu, itu ialah suara muadzin yang berada di masjid dekat kostku. Sementara untuk suara yang terakhir, itu ialah suara teman baikku yang mencoba membangunkanku.

Penulis : Rudiasa (Mahasiswa FE UM)

November 12, 2013

Mabit dan Kenikmatannya

Kota Malang merupakan kota yang sangat dinamis dalam hal beragama. Faktor utamanya tak pelak karena banyaknya kampus dan lembaga pendidikan lainnya. Sudah tiga tahun aku mengenyam pendidikan di Kota Malang, tepatnya di Universitas Negeri Malang (UM). Rasanya? Sangat nikmat, apalagi ketika mengkaji tentang agama islam. Agama yang insya allah menjadi agama pertamaku dan agama terakhirku.

Kemarin malam (9/11/2013) aku diundang oleh aktivis dakwah UM untuk mengikuti acara di Masjid Utsman Bin Affan yang beralamat di Jl. Sunan Kalijaga No. 8 Merjosari Malang. Acara itu ialah MABIT, Malam Bina Iman dan Takwa. Pesertanya ialah para aktivis dakwah se-Malang Raya. Sudah beberapa kali aku mengikuti acara seperti ini, namun acara kemarin agak beda. Penitianya lebih profesional dan pesertanya lebih banyak.

Acara dimulai pukul 21.00 WIB dengan tausiyah dari Ustad Fajar Nazri tentang keutamaan Ukhuwah (Persaudaraan) dalam Islam. Selain menjadi ustad, beliau juga menjadi dokter dan direktur Rumah Sakit Khusus Geriatri TEJA HUSADA di daerah Kepanjen Kab. Malang. Lugas, jelas, dan penuh makna serta diselingi dengan candaan yang positif merupakan ciri khas beliau dalam memberi tausiyah. Banyak peserta yang terhanyut dalam tausiyah beliau, salah satunya diriku.

Selepas ustad fajar menyampaikan materi, acarapun dilanjutkan dengan tilawah Al Qur’an. Tilawah Al Qur’an bahasa gampangnya ialah mambaca Al Qur’an. Satu peserta satu juz. Aku kemarin kebagian juz 22, yakni Surat Al-Ahzab 31 sampai Surat Ya Sin 21. Dengan semangat yang masih belum pudar dan ditambah dengan sunyinya masjid Utsman Bin Affan membuat kami sangat nikmat dalam membaca dan menikmati ayat-ayat suci Al Qur’an. Suara rangkaian huruf hijaiyah pun menggema di masjid yang berada di belakang Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang itu.

Jam menujukkan pukul 23.00, itu menandakan bahwa kami harus segera tidur untuk persiapan Qiyamul Lail (Shalat Tahajud). Sedang asyik bermimpi indah, aku dibangunkan oleh panitia pukul 2.30 pagi. Raga masih terasa sangat letih, matapun masih terasa sangat perih. Ditambah lagi pagi itu udara pagi Kota Malang sangat dingin, sehingga sangat nikmat untuk dibuat tidur kembali. Namun, karena dari rumah sudah berniat untuk bermanja-manja dengan Allah SWT maka akupun bangkit dan mengambil air wudhu. Dinginnya air wudhu berhasil mengusir rasa kantukku. Setelah berwudhu akupun bermanja-manja dengan Allah SWT hingga suara muadzin berkumandang yang menandakan bahwa shalat subuh telah datang.

Biasanya selepas shalat subuh kami langsung pulang. Namun acara kemarin tidak seperti itu. Ada satu acara lagi yang harus dilakukan sebelum pulang, yakni membaca Al Ma’tsurat karangan Hasan Al-Banna. Al Ma’tsurat berisi tentang beberapa ayat suci Al Qur’an dan do’a-do’a Rasulullah semasa beliau masih hidup. Pembacaan Al Ma’tsurat dilakuknan dalam dua waktu, yakni pagi hari dan sore hari.

Sebagai orang Muslim, sudah sepantasnya kita mengkaji banyak hal tentang agama islam. Banyak kendaraan yang bisa kita gunakan untuk mengkaji hal-hal itu, salah satunya ialah mengikuti Malam Bina Iman dan Takwa (MABIT). Jujur, acara kemarin sangat nikmat dan menyenangkan. Ndak percaya? Silahkan dibuktikan sendiri.

Penulis : Rudiasa (Mahasiswa FE UM)

November 5, 2013

Keutamaan Qiyamul Lail



Sebagai orang islam, ndak ada salahnya sesekali kita bangun lebih pagi. Kemudian mengambil air wudhu dan bermanja-manja dengan Allah melalui qiyamul lail. Berikut keutamaan qiyamul lail menurut Rasulillah SAW melalui hadist sahihnya,

1. Kebiasaan Orang Shalih

Rasulullah SAW bersabda: “hendaklah kalian shalat malam, karena ia kebiasaan yang dikerjakan orang-orang shalih sebelum kalian. Ia adalah ibadah yang mendekatkan diri kepada Rabb kalian, penghapus berbagai kesalahan dan pencegah perbuatan dosa.” (HR. Tirmidzi)

2. Shalat yang Disaksikan

Diriwayatkan dari Amr bin Abasah r.a. berkata : aku berkata: wahai rasulullah, (bagian) dari malam manakah yang paling didengar (oleh Allah)?, beliau bersabda: “pertengahan malam yang terakhir, maka shalatlah sesukamu, karena shalat tersebut disaksikan dan dicatat hingga kamu shalat subuh.” (HR. Abu Dawud)

3. Mengantarkan Masuk Surga

Rasulullah SAW bersabda : “Wahai seluruh manusia! Tebarkanlah salam, berilah makanan, dan shalat malam di saat orang-orang sedang tidur. Maka kalian akan masuk surga dengan selamat”(HR. Ibnu Majah)

4. Allah Limpahkan Rahmat dan Kasih Sayang-Nya

“Allah merahmati seorang suami yang bangun di malam hari lalu dia shalat dan membangunkan istrinya, jika sang istri enggan, maka ia percikkan air ke wajahnya dan Allah merahmati seorang istri yang bangun malam hari lalu dia shalat dan membangunkan suaminya jika suaminya enggan, dia percikkan air pada wajahnya.” (HR. Abu Dawud)

5. Do’a Terkabul

Rasulullah SAW bersabda: “sesungguhnya pada malam hari ada dua saat, tidaklah seorang muslim memohon kepada Allah kebaikan dari urusan dunia dan akhirat bertepatan dengan saat tersebut, melainkan dia memberikan permohonan dan hal tersebut pada setiap malam.” (HR. Muslim)

Kelima keutamaan di atas hanyalah sebagian dari sekian banyak keutamaan qiyamul lail. Semoga bermanfaat.

NB : tulisan ini terinspirasi ketika aku mengikuti DAMBA 2013 yang diadakan oleh LDF Muslim Studi FE UM di Cuban Talun kemarin (1-3 November 2013).

Penulis : Rudiasa (Mahasiswa FE UM)